Jumat, 04 Juli 2025

Mengelola Konflik dan Emosi dalam Rumah Tangga

 

Mengelola Konflik dan Emosi dalam Rumah Tangga



Oleh. Dr. Abdul Munir, M.Pd.I
(Penyuluh Agama Islam, KUA Sape)

 

Rumah tangga merupakan institusi terkecil namun paling penting dalam membangun peradaban manusia. Meski dibangun atas dasar cinta dan kepercayaan, konflik dan emosi tetap menjadi bagian yang tidak terelakkan dalam kehidupan suami istri. Perbedaan karakter, latar belakang, atau sudut pandang dapat memicu perselisihan yang jika tidak dikelola dengan baik, dapat merusak keharmonisan keluarga.

Islam sebagai agama rahmat telah memberikan panduan yang jelas dalam mengelola emosi dan menyelesaikan konflik dalam rumah tangga. Dengan meneladani Rasulullah dan petunjuk Al-Qur’an, rumah tangga bisa tetap menjadi tempat yang tenang dan penuh berkah meskipun menghadapi berbagai ujian.

 

Konflik dalam Rumah Tangga: Sebuah Keniscayaan

Konflik bukan selalu pertanda kegagalan, tetapi dapat menjadi jalan menuju kedewasaan dan pemahaman lebih dalam antara pasangan. Dalam banyak kasus, konflik muncul bukan karena kebencian, tetapi karena cara komunikasi yang tidak tepat, ekspresi emosi yang berlebihan, atau kurangnya empati.

 

Mengelola Emosi dalam Islam

Islam sangat mendorong umatnya untuk mengendalikan emosi, terutama saat marah. Rasulullah bersabda:

لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِندَ الْغَضَبِ

"Bukanlah orang kuat itu yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Al-Qur’an juga memuji orang yang mampu menahan amarah:

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

"(yaitu) orang-orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."
(QS. Ali ‘Imran: 134)

 

Strategi Islami Mengelola Konflik Rumah Tangga

1. Mengutamakan Musyawarah (Syura)

Allah SWT berfirman:

"...Dan bermusyawarahlah kamu dengan mereka dalam urusan itu..."
(QS. Ali ‘Imran: 159)

 

Musyawarah membantu pasangan saling memahami tanpa saling menyalahkan.

2. Mengendalikan Ucapan dan Nada Bicara

Ucapan yang kasar dapat memperparah konflik. Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ، فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Menunda Konfrontasi Saat Emosi Tinggi

Rasulullah memberikan nasihat agar seseorang berwudhu atau diam ketika marah. Dalam rumah tangga, menunda pembicaraan hingga emosi mereda adalah cara bijak untuk menghindari konflik membesar.

4. Memaafkan dan Tidak Mengungkit Masa Lalu

Memaafkan adalah langkah penyembuh hubungan. Jangan mengungkit kesalahan yang lalu sebagai senjata dalam setiap konflik.

5. Meneladani Rasulullah dalam Rumah Tangga

Rasulullah dikenal sebagai sosok yang lembut, sabar, dan tidak pernah berkata kasar kepada istri-istrinya. Bahkan ketika ada perbedaan pendapat, beliau memilih diam atau menghadapinya dengan kelembutan.

 

Peran Sabar dan Doa dalam Menguatkan Rumah Tangga

Sabar bukan berarti lemah, tetapi kekuatan batin untuk mengendalikan diri dalam menghadapi situasi sulit. Dalam rumah tangga, sabar adalah jembatan penyelesai konflik. Selain itu, doa adalah senjata utama seorang Muslim. Memohon kepada Allah agar diberikan ketenangan hati, kelapangan dada, dan solusi atas masalah rumah tangga sangat dianjurkan.

وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ

"Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan salat..."
(QS. Al-Baqarah: 45)

Konflik dan emosi adalah bagian dari dinamika rumah tangga. Namun, dengan manajemen emosi yang baik, komunikasi yang terbuka, serta bimbingan nilai-nilai Islam, konflik justru dapat menjadi sarana untuk memperkuat cinta dan pengertian antara suami dan istri. Islam tidak hanya mengajarkan akidah dan ibadah, tetapi juga etika dan cara menjaga hubungan harmonis dalam keluarga.

 

0 komentar:

Posting Komentar