Senin, 14 Juli 2025

Mengenal Tanda-Tanda Pernikahan Sehat dan Tidak Sehat

 

Mengenal Tanda-Tanda Pernikahan Sehat dan Tidak Sehat


 

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I
(Penyuluh Agama Islam, KUA Sape)

Pernikahan dalam Islam bukan sekadar ikatan antara dua insan, tetapi merupakan mitsaqan ghalizha (perjanjian yang kuat) yang dibangun atas dasar cinta, kasih sayang, dan tanggung jawab. Tujuan utama dari pernikahan adalah untuk menciptakan ketenangan jiwa (sakinah), kasih sayang (mawaddah), dan rahmat, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ

“Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antara kamu rasa kasih dan sayang...”
(QS. Ar-Rum: 21)

Namun tidak semua pernikahan berjalan dengan sehat. Ada yang penuh cinta dan ketulusan, tetapi ada pula yang dipenuhi ketegangan, kekerasan, bahkan keretakan yang berujung perceraian. Oleh karena itu, penting bagi pasangan suami istri untuk mengenali ciri-ciri pernikahan yang sehat dan tidak sehat sebagai upaya menjaga rumah tangga tetap berada di jalan yang diridai Allah.

Ciri-Ciri Pernikahan yang Sehat

1. Komunikasi yang Baik dan Terbuka

Pasangan yang sehat saling terbuka dan jujur dalam komunikasi, tanpa menyimpan dendam atau prasangka. Mereka saling mendengarkan, menghargai pendapat, dan mencari solusi bersama dalam setiap masalah.

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ

“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga...”
(HR. Bukhari dan Muslim)

2. Saling Menyayangi dan Menghormati

Cinta dalam Islam bukan hanya perasaan, tetapi tindakan nyata. Suami dan istri menunjukkan kasih sayang melalui perhatian, kelembutan, dan pengorbanan.

مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ

“Barang siapa tidak menyayangi, maka ia tidak akan disayangi.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

3. Adil dalam Peran dan Tanggung Jawab

Suami bertanggung jawab sebagai pemimpin keluarga, dan istri sebagai pengelola rumah tangga. Keduanya menjalankan perannya secara adil dan saling membantu, bukan saling menyalahkan.

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

4. Saling Mendoakan dan Menguatkan Iman

Pernikahan sehat adalah yang menjadi sarana menuju ketakwaan. Pasangan saling mengingatkan dalam ibadah, saling mendoakan, dan berusaha menjadi pasangan yang menuntun ke surga.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

“Ya Allah, anugerahkan kepada kami pasangan dan keturunan kami sebagai penyejuk mata, dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Al-Furqan: 74)

5. Mengelola Konflik dengan Bijak

Masalah adalah hal yang pasti dalam rumah tangga. Namun pasangan yang sehat mampu menghadapinya dengan kepala dingin, musyawarah, dan menghindari kekerasan.

Ciri-Ciri Pernikahan yang Tidak Sehat

1. Kurangnya Kejujuran dan Kepercayaan

Ketika salah satu pasangan mulai menyembunyikan hal penting, sering berbohong, atau tidak bisa dipercaya, maka fondasi rumah tangga akan mulai retak.

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ

“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan…”

2. Kekerasan Fisik atau Verbal

Islam sangat melarang kekerasan dalam rumah tangga. Suami yang memukul istri tanpa alasan syar’i, atau istri yang melawan dengan hinaan dan caci maki, merupakan bentuk kedzaliman.

أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا، وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ

“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya dan paling lembut terhadap istrinya.”
(HR. Tirmidzi)

3. Kurangnya Rasa Syukur dan Kepedulian

Pasangan yang selalu mengeluh, tidak menghargai pasangan, atau tidak peduli terhadap kebutuhan emosional dan fisik pasangannya menunjukkan ketidakdewasaan dalam berumah tangga.

4. Mengabaikan Kewajiban Agama

Pernikahan yang tidak diarahkan kepada ibadah dan ketaatan kepada Allah akan mudah tergelincir dalam perselisihan. Pasangan yang lalai dalam salat, tidak menunaikan hak dan kewajiban syar’i, akan sulit menciptakan sakinah.

5. Keterlibatan Pihak Ketiga Secara Negatif

Adanya campur tangan pihak ketiga (orang tua, teman, media sosial) yang tidak disaring secara bijak bisa menjadi penyebab hancurnya hubungan suami istri.

Menjaga dan Memperbaiki Pernikahan

Jika terdapat gejala pernikahan tidak sehat, Islam tidak langsung menganjurkan perceraian, tetapi menyarankan islah (perbaikan) melalui:

ـ           Musyawarah antara suami istri,

ـ           Mendatangkan pihak penengah dari kedua belah pihak,

ـ           Konsultasi kepada ulama atau konselor keluarga Islami,

ـ           Meningkatkan kualitas ibadah dan kedekatan dengan Allah.

إِن يُرِيدَا إِصْلَاحًا يُوَفِّقِ اللَّهُ بَيْنَهُمَا ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا خَبِيرًا

"Jika keduanya berkehendak untuk berdamai, niscaya Allah akan memberi taufik kepada keduanya."
(QS. An-Nisa: 35)

 

Pernikahan yang sehat bukan berarti tanpa masalah, tetapi bagaimana suami dan istri mampu mengelola perbedaan dengan kasih sayang, iman, dan keikhlasan. Sementara pernikahan yang tidak sehat perlu dikenali sejak dini agar bisa diperbaiki sebelum semakin rusak.

Islam telah memberikan panduan lengkap untuk membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah. Maka, marilah kita rawat pernikahan kita dengan cinta yang berpijak pada nilai-nilai Ilahi.

 

0 comments: