Pentingnya Kejujuran dan Kepercayaan dalam Hubungan Suami Istri
Dr. Abdul Munir, M.Pd.I
(Penyuluh Agama Islam, KUA Sape)
Dalam Islam, pernikahan bukan hanya
hubungan biologis antara dua insan, tetapi merupakan ikatan suci (mitsaqan
ghalizha) yang dibangun atas dasar iman, tanggung jawab, dan cinta
karena Allah. Salah satu fondasi utama yang menjadi penopang keutuhan rumah
tangga adalah kejujuran dan kepercayaan antara suami dan istri.
Tanpa kejujuran, komunikasi akan
rapuh. Tanpa kepercayaan, cinta menjadi curiga. Maka, Islam memandang kejujuran
dan kepercayaan bukan sekadar nilai moral, tetapi sebagai bagian dari iman
dan syariat dalam membina keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.
1.
Kejujuran dalam Islam: Landasan Iman dan Akhlak
Kejujuran (ṣidq) merupakan
nilai utama dalam akhlak Islam. Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ
الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ،
وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ، حَتَّى يُكْتَبَ عِندَ
اللَّهِ صِدِّيقًا
"Sesungguhnya kejujuran membawa
kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang senantiasa
berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Kejujuran dalam hubungan suami istri
mencakup:
ـ
Jujur
tentang perasaan.
ـ
Jujur
dalam keuangan.
ـ
Jujur
dalam menjaga komitmen dan janji.
ـ
Tidak
menyembunyikan masalah atau kesalahan besar dari pasangan.
Dalam QS. At-Taubah: 119, Allah
berfirman:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
"Wahai orang-orang yang
beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan jadilah kamu bersama orang-orang yang
jujur."
Kejujuran membuka pintu rasa aman
dan keterbukaan, yang menjadi syarat utama bagi keharmonisan rumah
tangga.
2.
Kepercayaan: Buah dari Kejujuran dan Amanah
Kepercayaan (tsiqah) dalam hubungan suami istri adalah keyakinan bahwa pasangan:
ـ
Setia
dalam komitmen pernikahan.
ـ
Menjaga
kehormatan diri saat berjauhan.
ـ
Bertanggung
jawab terhadap hak dan kewajibannya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
"Setiap kalian adalah pemimpin,
dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam konteks rumah tangga:
ـ
Suami
adalah pemimpin, dan harus dapat dipercaya dalam menafkahi, melindungi, dan
memimpin keluarga secara adil.
ـ
Istri
adalah penjaga rumah, dan harus dapat dipercaya dalam menjaga amanah keluarga,
anak-anak, dan kehormatan suami.
Kepercayaan bukan diberikan karena
dipaksa, tetapi diperoleh melalui konsistensi kejujuran dan akhlak.
3.
Dampak Jika Kejujuran dan Kepercayaan Hilang
Ketika kejujuran dan kepercayaan
tidak dijaga, maka:
ـ
Hubungan
akan diwarnai dengan prasangka, rasa curiga, dan konflik.
ـ
Mudah
terjadi pengkhianatan, baik secara emosional maupun fisik.
ـ
Anak-anak
tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil, sehingga mempengaruhi
perkembangan psikologis mereka.
ـ
Muncul
kebohongan demi kebohongan yang meruntuhkan pondasi rumah tangga.
Allah SWT mengingatkan dalam QS.
Al-Hujurat: 12:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا
"Hai orang-orang yang beriman,
jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan
jangan mencari-cari kesalahan orang lain..."
4.
Cara Menumbuhkan dan Menjaga Kejujuran dan Kepercayaan
a.
Bangun Komunikasi Terbuka dan Saling Mendengar
Komunikasi yang sehat mencegah
kesalahpahaman. Suami istri harus mampu berbicara jujur tanpa takut dihakimi.
b.
Jaga Amanah dan Komitmen
Jangan mengumbar janji yang tidak
ditepati. Ketepatan dalam ucapan dan tindakan adalah bentuk nyata kejujuran.
c.
Libatkan Allah dalam Setiap Urusan Rumah Tangga
Pasangan yang sama-sama bertakwa
akan menjaga amanah pernikahan karena tahu bahwa Allah selalu mengawasi.
d.
Saling Memaafkan dan Tidak Menyimpan Dendam
Kesalahan kecil adalah hal yang
lumrah, namun menyimpannya dalam hati akan menggerogoti kepercayaan.
e.
Berdoa untuk Keharmonisan dan Kejujuran
Misalnya dengan membaca:
رَبَّنَا
هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا
لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
"Ya Tuhan
kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan-keturunan
kami sebagai penyejuk mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi
orang-orang yang bertakwa." (QS.
Al-Furqan: 74)
5.
Studi Kasus: Rasulullah dan Khadijah Radhiyallahu ‘Anha
Hubungan Rasulullah ﷺ dan
Khadijah merupakan contoh ideal:
ـ
Khadijah
percaya penuh pada Rasulullah bahkan saat beliau mengaku didatangi wahyu
pertama.
ـ
Tidak
pernah tercatat Rasulullah menyakiti atau menyembunyikan sesuatu dari Khadijah.
ـ
Hubungan
keduanya dibangun di atas fondasi kejujuran, kepercayaan, dan saling
mendukung.
Pernikahan yang langgeng dan
diberkahi Allah tidak hanya dibangun dengan cinta, tetapi juga oleh dua pilar
utama: kejujuran dan kepercayaan. Keduanya merupakan bagian dari iman,
amanah, dan adab Islami dalam rumah tangga.
Dalam masyarakat yang tengah
menghadapi krisis moral dan tingginya angka perceraian, memperkuat nilai-nilai
kejujuran dan kepercayaan dalam pernikahan adalah bentuk nyata revitalisasi
peradaban keluarga Islam.
0 komentar:
Posting Komentar