Rabu, 09 Juli 2025

Pentingnya Kejujuran dan Kepercayaan dalam Hubungan Suami Istri

 Pentingnya Kejujuran dan Kepercayaan dalam Hubungan Suami Istri


Dr. Abdul Munir, M.Pd.I
(Penyuluh Agama Islam, KUA Sape)

Dalam Islam, pernikahan bukan hanya hubungan biologis antara dua insan, tetapi merupakan ikatan suci (mitsaqan ghalizha) yang dibangun atas dasar iman, tanggung jawab, dan cinta karena Allah. Salah satu fondasi utama yang menjadi penopang keutuhan rumah tangga adalah kejujuran dan kepercayaan antara suami dan istri.

Tanpa kejujuran, komunikasi akan rapuh. Tanpa kepercayaan, cinta menjadi curiga. Maka, Islam memandang kejujuran dan kepercayaan bukan sekadar nilai moral, tetapi sebagai bagian dari iman dan syariat dalam membina keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah.

1. Kejujuran dalam Islam: Landasan Iman dan Akhlak

Kejujuran (ṣidq) merupakan nilai utama dalam akhlak Islam. Rasulullah bersabda:

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ، حَتَّى يُكْتَبَ عِندَ اللَّهِ صِدِّيقًا

"Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga. Seseorang yang senantiasa berkata jujur akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur." (HR. Bukhari dan Muslim)

Kejujuran dalam hubungan suami istri mencakup:

ـ           Jujur tentang perasaan.

ـ           Jujur dalam keuangan.

ـ           Jujur dalam menjaga komitmen dan janji.

ـ           Tidak menyembunyikan masalah atau kesalahan besar dari pasangan.

Dalam QS. At-Taubah: 119, Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan jadilah kamu bersama orang-orang yang jujur."

Kejujuran membuka pintu rasa aman dan keterbukaan, yang menjadi syarat utama bagi keharmonisan rumah tangga.

 

2. Kepercayaan: Buah dari Kejujuran dan Amanah

Kepercayaan (tsiqah) dalam hubungan suami istri adalah keyakinan bahwa pasangan:

ـ           Setia dalam komitmen pernikahan.

ـ           Menjaga kehormatan diri saat berjauhan.

ـ           Bertanggung jawab terhadap hak dan kewajibannya.

Rasulullah bersabda:

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

"Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam konteks rumah tangga:

ـ           Suami adalah pemimpin, dan harus dapat dipercaya dalam menafkahi, melindungi, dan memimpin keluarga secara adil.

ـ           Istri adalah penjaga rumah, dan harus dapat dipercaya dalam menjaga amanah keluarga, anak-anak, dan kehormatan suami.

Kepercayaan bukan diberikan karena dipaksa, tetapi diperoleh melalui konsistensi kejujuran dan akhlak.

3. Dampak Jika Kejujuran dan Kepercayaan Hilang

Ketika kejujuran dan kepercayaan tidak dijaga, maka:

ـ           Hubungan akan diwarnai dengan prasangka, rasa curiga, dan konflik.

ـ           Mudah terjadi pengkhianatan, baik secara emosional maupun fisik.

ـ           Anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang tidak stabil, sehingga mempengaruhi perkembangan psikologis mereka.

ـ           Muncul kebohongan demi kebohongan yang meruntuhkan pondasi rumah tangga.

Allah SWT mengingatkan dalam QS. Al-Hujurat: 12:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَب بَّعْضُكُم بَعْضًا

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, karena sebagian prasangka itu dosa. Dan jangan mencari-cari kesalahan orang lain..."

4. Cara Menumbuhkan dan Menjaga Kejujuran dan Kepercayaan

a. Bangun Komunikasi Terbuka dan Saling Mendengar

Komunikasi yang sehat mencegah kesalahpahaman. Suami istri harus mampu berbicara jujur tanpa takut dihakimi.

b. Jaga Amanah dan Komitmen

Jangan mengumbar janji yang tidak ditepati. Ketepatan dalam ucapan dan tindakan adalah bentuk nyata kejujuran.

c. Libatkan Allah dalam Setiap Urusan Rumah Tangga

Pasangan yang sama-sama bertakwa akan menjaga amanah pernikahan karena tahu bahwa Allah selalu mengawasi.

d. Saling Memaafkan dan Tidak Menyimpan Dendam

Kesalahan kecil adalah hal yang lumrah, namun menyimpannya dalam hati akan menggerogoti kepercayaan.

e. Berdoa untuk Keharmonisan dan Kejujuran

Misalnya dengan membaca:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

"Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan-pasangan kami dan keturunan-keturunan kami sebagai penyejuk mata (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa." (QS. Al-Furqan: 74)

5. Studi Kasus: Rasulullah dan Khadijah Radhiyallahu ‘Anha

Hubungan Rasulullah dan Khadijah merupakan contoh ideal:

ـ           Khadijah percaya penuh pada Rasulullah bahkan saat beliau mengaku didatangi wahyu pertama.

ـ           Tidak pernah tercatat Rasulullah menyakiti atau menyembunyikan sesuatu dari Khadijah.

ـ           Hubungan keduanya dibangun di atas fondasi kejujuran, kepercayaan, dan saling mendukung.

 

Pernikahan yang langgeng dan diberkahi Allah tidak hanya dibangun dengan cinta, tetapi juga oleh dua pilar utama: kejujuran dan kepercayaan. Keduanya merupakan bagian dari iman, amanah, dan adab Islami dalam rumah tangga.

Dalam masyarakat yang tengah menghadapi krisis moral dan tingginya angka perceraian, memperkuat nilai-nilai kejujuran dan kepercayaan dalam pernikahan adalah bentuk nyata revitalisasi peradaban keluarga Islam.

 

0 komentar:

Posting Komentar