Jumat, 11 Juli 2025

Peran Agama dalam Membangun Ketahanan Keluarga

 

Peran Agama dalam Membangun Ketahanan Keluarga


 

Dr. Abdul Munir, M.Pd.I
(Penyuluh Agama Islam, KUA Sape)

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, namun ia memiliki peran terbesar dalam menentukan arah peradaban. Keluarga yang kuat akan melahirkan generasi yang tangguh, beradab, dan bertakwa. Dalam Islam, kekuatan atau ketahanan keluarga tidak hanya ditentukan oleh aspek ekonomi atau pendidikan, melainkan terutama oleh nilai-nilai agama yang dijadikan pondasi dalam kehidupan rumah tangga.

Agama bukan sekadar ritual ibadah, melainkan sistem hidup (way of life) yang mengatur relasi suami-istri, orang tua-anak, dan tanggung jawab sosial dalam keluarga. Oleh karena itu, agama memainkan peran sentral dalam membangun ketahanan keluarga yang utuh, harmonis, dan penuh keberkahan.

1. Ketahanan Keluarga dalam Perspektif Islam

Dalam bahasa Arab, kata keluarga disebut usrah, yang berasal dari akar kata asara (أَسَرَ) yang berarti “mengikat”. Artinya, keluarga adalah ikatan sakral yang dibangun atas dasar komitmen, kasih sayang, dan tanggung jawab.

Al-Qur'an menyebut pernikahan sebagai mitsaqan ghalizha (perjanjian yang kuat) (QS. An-Nisa: 21), yang menunjukkan bahwa rumah tangga tidak boleh dibangun sembarangan, tetapi harus dikuatkan oleh nilai-nilai spiritual dan etika Islam.

2. Nilai-Nilai Agama sebagai Pilar Ketahanan Keluarga

a. Tauhid (Keimanan kepada Allah)

Tauhid adalah pondasi utama keluarga muslim. Keluarga yang bertauhid akan menyandarkan seluruh kehidupannya kepada Allah. Suami istri yang sama-sama bertakwa akan lebih mudah menyelesaikan konflik karena mereka takut kepada Allah dan mengedepankan sikap adil.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ...

"Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..."  (QS. At-Tahrim: 6)

b. Shalat dan Ibadah

Rutin menjalankan ibadah bersama (seperti salat berjamaah, mengaji, dan berdoa) akan mempererat ikatan emosional dan spiritual antar anggota keluarga. Ini membentuk suasana rumah yang damai dan jauh dari pertengkaran.

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

“Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (QS. Thaha: 132)

c. Kejujuran dan Amanah

Kejujuran adalah pondasi kepercayaan. Ketika pasangan saling jujur dan amanah dalam menjalankan perannya, ketahanan keluarga akan terjaga.

إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ

"Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa ke surga." (HR. Bukhari dan Muslim)

d. Sabar dan Syukur

Keluarga yang dibangun dengan kesabaran saat menghadapi ujian dan bersyukur saat memperoleh nikmat akan lebih stabil secara emosional dan spiritual.

3. Agama Mendorong Pembagian Peran yang Adil

Islam membagi peran suami istri dengan adil, bukan diskriminatif. Suami sebagai pemimpin keluarga memiliki tanggung jawab dalam menafkahi, membimbing, dan melindungi. Istri sebagai mitra sejajar menjalankan fungsi edukatif dan pengelolaan rumah tangga.

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan memahami dan menjalankan peran masing-masing sesuai syariat, konflik rumah tangga dapat dikurangi dan ketahanan keluarga dapat diperkuat.

4. Mendidik Anak dengan Landasan Agama

Anak adalah amanah dari Allah. Mendidik anak dengan nilai-nilai Islam akan membentuk generasi yang tangguh dan tidak mudah goyah oleh pengaruh negatif zaman.

مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

“Perintahkanlah anak-anakmu untuk melaksanakan salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka (jika tidak melakukannya) ketika mereka berusia sepuluh tahun, serta pisahkanlah tempat tidur mereka.” (HR. Abu Dawud)

Ketahanan keluarga tidak akan sempurna tanpa perhatian terhadap pendidikan anak sejak dini. Agama menjadi filter moral sekaligus panduan hidup bagi mereka.

5. Membangun Ketahanan Emosional dan Sosial Melalui Agama

Agama mengajarkan sikap:

ـ           Maaf-memaafkan, yang menjaga hubungan tetap hangat.

ـ           Tawakal, untuk menghadapi ujian ekonomi atau kesehatan.

ـ           Musyawarah, untuk menyelesaikan perbedaan pendapat.

Semua nilai ini menjadikan keluarga sebagai tempat yang aman dan nyaman secara emosional, serta menjadi role model dalam masyarakat.

Agama memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk dan menjaga ketahanan keluarga. Nilai-nilai Islam seperti tauhid, ibadah, kejujuran, kasih sayang, serta tanggung jawab menjadikan keluarga tidak hanya bertahan dalam tantangan zaman, tetapi juga tumbuh dalam keberkahan.

Maka, membina rumah tangga Islami bukan hanya tentang menyatukan dua hati, tetapi juga tentang menyatukan visi menuju surga dengan fondasi agama sebagai poros utamanya.

 

0 komentar:

Posting Komentar