Peran Orang Tua dan Mertua dalam Keharmonisan Rumah Tangga
Dalam Islam, pernikahan adalah ikatan sakral yang tidak hanya melibatkan dua individu, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar. Oleh karena itu, keharmonisan rumah tangga bukan hanya ditentukan oleh suami dan istri, tetapi juga dipengaruhi oleh peran orang tua dan mertua. Dalam Al-Qur’an dan Sunnah, terdapat banyak petunjuk yang menunjukkan pentingnya hubungan baik antara anak menantu dengan orang tua atau mertua, serta tanggung jawab orang tua dalam menjaga keseimbangan dan kedamaian dalam keluarga anak-anak mereka.
Pentingnya Peran Orang Tua dan Mertua
1. Sebagai
Teladan dalam Akhlak dan Ibadah
Orang tua yang saleh dan salihah akan menjadi
teladan utama bagi anak-anaknya dalam membina rumah tangga. Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ، وَأَنَا
خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي
"Sebaik-baik kalian adalah
yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara
kalian kepada keluargaku." (HR. Tirmidzi)
Keteladanan ini akan menjadi bekal penting
bagi anak saat mereka berumah tangga.
2.
Sebagai Penasihat, Bukan Pengendali
Islam memuliakan posisi orang tua, tetapi juga
mengajarkan batas peran mereka setelah anak menikah. Orang tua dan mertua
sebaiknya menjadi penasihat yang bijak, bukan pengendali yang mencampuri urusan
rumah tangga anak tanpa diminta. Allah SWT berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ ۖ
وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan tolong-menolonglah
kamu dalam kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam dosa dan
permusuhan." (QS. Al-Mā’idah: 2)
Menjadi penasihat yang mendamaikan dan
menenangkan adalah bentuk tolong-menolong dalam kebaikan.
3.
Menjaga Ucapan dan Sikap
Seringkali, masalah dalam rumah tangga justru
muncul karena ucapan atau sikap dari orang tua atau mertua yang kurang
bijaksana. Islam sangat menekankan adab berbicara dan menjaga perasaan orang
lain.
وَالكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ
"Perkataan yang baik adalah
sedekah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Ucapan yang menyakitkan, walau dari orang tua,
dapat meretakkan hubungan menantu, dan bahkan menimbulkan konflik
berkepanjangan.
4.
Mendukung Kemandirian Anak dan Menantu
Anak yang sudah menikah sebaiknya didukung untuk mandiri dalam mengelola rumah tangganya. Terlalu banyak campur tangan orang tua dapat membuat pasangan tidak berkembang dan saling bergantung secara tidak sehat.
Adab Anak Terhadap Orang Tua dan Mertua
Di sisi lain, Islam juga mewajibkan anak dan
menantu untuk tetap berbuat baik kepada orang tua dan mertua. Allah berfirman:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ
الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا
"Dan rendahkanlah dirimu
terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: 'Wahai Rabbku,
kasihanilah mereka keduanya sebagaimana mereka telah mendidikku waktu kecil.'"
(QS. Al-Isrā’: 24)
Bakti dan penghormatan harus terus dijaga, meskipun mereka tidak boleh ikut campur terlalu jauh dalam urusan pribadi pasangan.
Menjaga Keseimbangan
Kunci utama adalah menjaga keseimbangan antara menghormati orang tua dan membangun kemandirian dalam rumah tangga. Suami dan istri perlu satu suara dalam menghadapi dinamika hubungan dengan mertua. Dalam banyak kasus, keharmonisan rumah tangga justru runtuh karena salah satu pihak tidak bisa menempatkan posisi keluarganya dengan proporsional.
Peran orang tua dan mertua dalam rumah tangga sangat signifikan. Mereka dapat menjadi sumber ketenangan dan keberkahan jika bijak dalam bersikap, serta mendukung penuh keharmonisan anak-anaknya. Sebaliknya, jika terlalu dominan dan mencampuri, mereka bisa menjadi sebab keretakan rumah tangga. Semoga para orang tua dan mertua mampu mengambil peran sebagai penjaga kedamaian, penasihat penuh kasih, dan teladan yang bijak bagi generasi selanjutnya.
Wallāhu A‘lam.
0 komentar:
Posting Komentar